Bisnis.com, JAKARTA - Duta Besar Ukraina untuk Turki, Vasily Bodnar pada Kamis (12/1/2023) mengatakan bahwa Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perdamaian yang diusulkan oleh Ukraina dijadwalkan pada 24 Februari 2023.
Perhelatan tersebut diadakan dengan mediasi Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, yang akan dilaksanakan di Markas Besar PBB.
"KTT perdamaian yang diusulkan Ukraina untuk diadakan dengan mediasi Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres direncanakan pada 24 Februari di markas besar organisasi di New York," kata Bodnar.
Pihaknya mengingatkan kembali bahwa pada KTT G20 Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengajukan usulan rencana perdamaian.
"Rencana 10 poin itu mencakup isu-isu seperti keamanan Ukraina dan kawasan secara keseluruhan, keamanan pangan dan energi, dan penarikan pasukan Rusia dari wilayah Ukraina," lanjutnya.
Dia memuji posisi Turki dalam penyelesaian krisis di Ukraina, yang mendukung dan berpartisipasi dalam rencana perdamaian yang diusulkan oleh Ukraina.
Baca Juga
“Saya berterima kasih kepada Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu yang secara resmi menyatakan bahwa Turki mendukung rencana perdamaian yang diajukan Ukraina dan siap berpartisipasi dalam pelaksanaannya,” tambah Bodnar.
Sebelumnya, juru bicara kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov mengatakan bahwa Kremlin tidak mengetahui usulan Ukraina terkait rencana KTT perdamaian.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova memberikan tanggapan pada Kamis (12/1/2023) terkait rencana perdamaian itu.
“Apa yang kita bicarakan adalah mengadakan semacam puncak perdamaian di platform PBB pada 24 Februari, pada hari ulang tahun operasi militer khusus. Menurut rencana para pemimpin Kyiv itu akan berkontribusi pada implementasi (Spekulasi aneh Presiden Ukraina Vladimir Zelensky), yang dia sajikan dalam bentuk formula perdamaian," kata Zakharova.
Menurutnya, rencana KTT perdamaian antara Rusia dengan Ukraina adalah sebagai bagian dari tipuan dari AS, seperti dilansir dari TASS, Jumat (13/1/2023).
"Kami menganggap gagasan gila ini sebagai tipuan PR lainnya oleh Washington, yang baru-baru ini mencoba menggambarkan rezim Kyiv sebagai pembawa damai," lanjutnya.
Zakharova menekankan bahwa gagasan untuk membiarkan Rusia berpartisipasi dalam pertemuan puncak semacam itu hanya akan terjadi jika Rusia menyerah sepenuhnya, dan tanda pasti dari melemahnya kekuatan Kyiv dalam perang.
"Tidak ada penjelasan lain yang masuk akal. Mereka telah mencapai titik di mana mereka datang dengan ide-ide yang lebih gila dan menyelubungi mereka dalam semacam pakaian hukum internasional, tetapi tujuan akhir mereka sama, untuk bertahan hidup tanpa mengakui yang sudah jelas," tambahnya.